Terpeleset Doa
TERPELESET DOA
Oleh: @deden_mm
Imam al-Syafi’i (w. 204 H.), dalam Musnad-nya, meriwayatkan dari imam Malik bin Anas (w. 179 H.), dari Hisyam bin ‘Urwah (w. 146 H.), dari ‘Urwah bin Zubair (w. 94 H.), dari ‘A’isyah (w. 58 H.), dari Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam, bahwa beliau bersabda:
“Jika salah seorang dari kamu mengantuk dalam shalat maka hendaknya tidur, karena bisa jadi dia beristighfar (namun tanpa sadar lidahnya terpeleset) lalu mencela dirinya sendiri.”
Imam al-Nasa’i (w. 303 H.) mengemukakan penjelasan tentang maksud terpeleset lidah lalu jadi mencela dirinya sendiri dalam hadis di atas. Penjelasan ini bersanad sampai ke Hisyam bin ‘Urwah (w. 146 H.) melalui jalur Ayyub al-Sikhtiyani (w. 131 H.).
Yaitu, redaksi doa meminta ampunan adalah rabii ighfir li (رَبِّ اغْفِرْ لِي). Namun, jika tanpa sadar akibat mengantuk mengubah huruf ghain (غ) menjadi ‘ain (ع), yaitu rabbi’firli (رَبِّ اعْفِرْ لِي), maka artinya jadi meminta kehinaan. Berasal dari al-‘afar (العَفَرُ) maknanya al-turab (التُّرَاب), yaitu tanah.
Ketika seorang ulama yang dikenal amal dengan ilmunya serta mustajab doa terpeleset lidah maka terpelesetnya justru ke jalan yang benar. Mungkin beliau hendak mengatakan sesuatu namun Allah tahu bahwa sesuatu tersebut kurang sesuai dengan kemuliaannya maka kemudian Allah pelesetkan lidahnya kepada yang lebih sesuai dengan kemuliaannya.
Lihat kitab Bada’i’ al-Minan karya Syaikh Ahmad al-Banna al-Sa’ati (w. 1378 H.) juz 1 halaman 96
Bogor, 2 Januari 2019
Deden Muhammad Makhyaruddin
Sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=2079293182157944&id=1114993018587970
Oleh: @deden_mm
Imam al-Syafi’i (w. 204 H.), dalam Musnad-nya, meriwayatkan dari imam Malik bin Anas (w. 179 H.), dari Hisyam bin ‘Urwah (w. 146 H.), dari ‘Urwah bin Zubair (w. 94 H.), dari ‘A’isyah (w. 58 H.), dari Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam, bahwa beliau bersabda:
“Jika salah seorang dari kamu mengantuk dalam shalat maka hendaknya tidur, karena bisa jadi dia beristighfar (namun tanpa sadar lidahnya terpeleset) lalu mencela dirinya sendiri.”
Imam al-Nasa’i (w. 303 H.) mengemukakan penjelasan tentang maksud terpeleset lidah lalu jadi mencela dirinya sendiri dalam hadis di atas. Penjelasan ini bersanad sampai ke Hisyam bin ‘Urwah (w. 146 H.) melalui jalur Ayyub al-Sikhtiyani (w. 131 H.).
Yaitu, redaksi doa meminta ampunan adalah rabii ighfir li (رَبِّ اغْفِرْ لِي). Namun, jika tanpa sadar akibat mengantuk mengubah huruf ghain (غ) menjadi ‘ain (ع), yaitu rabbi’firli (رَبِّ اعْفِرْ لِي), maka artinya jadi meminta kehinaan. Berasal dari al-‘afar (العَفَرُ) maknanya al-turab (التُّرَاب), yaitu tanah.
Ketika seorang ulama yang dikenal amal dengan ilmunya serta mustajab doa terpeleset lidah maka terpelesetnya justru ke jalan yang benar. Mungkin beliau hendak mengatakan sesuatu namun Allah tahu bahwa sesuatu tersebut kurang sesuai dengan kemuliaannya maka kemudian Allah pelesetkan lidahnya kepada yang lebih sesuai dengan kemuliaannya.
Lihat kitab Bada’i’ al-Minan karya Syaikh Ahmad al-Banna al-Sa’ati (w. 1378 H.) juz 1 halaman 96
Bogor, 2 Januari 2019
Deden Muhammad Makhyaruddin
Sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=2079293182157944&id=1114993018587970
Terpeleset Doa
Reviewed by Febrian Isra Anugrah
on
11:10 PM
Rating:
Post a Comment